Selasa, 10 April 2018

PRESTASI DINIYAH LIMO JURAI DI PPSN 2018






Santri Diniyah Limo Jurai  Sabet 5 Prestasi Juara
Pada  Acara Seleksi PPSN  se- Kabupaten Agam

                Sungai Pua, Agam Sumbar  ( 9/4),Santri Ponpes Diniyah Limo Jurai Sungai Pua Agam,  meraih juara 1 pada Festival Lomba  Film Pendek pada kegiatan  Seleksi Perkemahan Pramuka Santri Nasional ( PPSN) yang digelar di Ponpes As Syarif Kota Tangah Kamang,  Ahad,( 8/4) 2018 kemarin,
                Dalam lima cabang perlombaan PPSN yang diikuti oleh 11 Ponpes atau 24 sangga penegak se kabupaten Agam,  santri Diniyah Limo Jurai Sungai Pua Agama, menyabet  beberapa  prestasi. Antara lain,  Juara 1 Festival Film Pendek,  dan  Cabang Kuliner Nusantara. Juara  II, Drama  dan Teknologi Tepat Guna. Sedangkan juara III  pada Cabang Pionering.(Humas & Litbang)   

FILM PENDEK SANTRI DINIYAH LIMO JURAI JUARA 1



“Garin Surau ”
Film Pendek Karya Santri  Ponpes Diniyah Limo Jurai   Juara 1 Se Kabupaten Agam

Sungai Pua, Agam Sumbar  ( 9/4), Santri Ponpes Diniyah LimoJurai Sungai Pua Agam,  meraih juara 1 pada Festival Lomba Film Pendek pada kegiatan  Seleksi Perkemahan Pramuka Santri Nasional ( PPSN) yang digelar di Ponpes As Syarif Kota Tangah Kamang,  ahad,( 8/4) 2018 kemarin,
Dinul Akmal yang  sehari-hari menjabat Ketua OSIS, bertindak mewakili  tim pembuatan film. Dia mempresentasikan Film  “Garin Surau”  dihadapan juri Film.  Film ini dipilih sebagai film terbaik dari semua yang diperlombakan  mengingat  semua teknik pembuatan atau tahapan produksi  hingga adegan sudah mendekati layaknya film-film pendek yang beredar di  youtube.
                Walaupun dianggap terbaik, tim juri juga memberikan masukan-masukan perbaikan kedepannya agar lebih disempurnakan.  Film ini berkisah tentang semangat  juang seorang anak muda yang bernama Iqbal yang hampir putus asa karena kematian ayah.
 Iqbal sebagai tokoh utama  diperankan oleh  Dinul.  Dia  memutuskan untuk berhenti sekolah,karena ayah sang tulang punggung keluarga yang selama ini membiayai sekolahnya , sudah tiada.  Tetapi ketika hal itu diutarakan kepada sang ibu justeru beliau keberatan dan sebaliknya   bahkan  mengusulkan  Iqba l untuk tetap melanjutkan sekolah sambil bekerja sebagai garin di sebuah surau di kampungnya, yang memang tengah membutuhkan seorang garin.
Gayung pun bersambut, Iqbal pun diterima sebagai garin surau. Keberadaannya di surau tersebut mampu menghidupkan kegiatan surau ditambah dengan suaranya yang merdu saat azan dan bila jadi imam, mampu menggetarkan jiwa jamaah. Jamaah pun senang  dan sayang padanya.
Selain itu, Iqbal juga mengajari anak-anak sekitar surau dengan  belajar  mengaji pada sore harinya. Khusus untuk  pemuda, pada malam harinya, Iqbal menjadi pelatih silat dengan lokasinya di halaman surau tadi.   Kehadiran Iqbal  ternyata juga  membuat  banyak anak gadis kepincut  padanya.  Beberapa orang anak gadis rela  datang ke surau secara sendiri-sendiri  untuk bertemu  muka dengan Iqbal  dengan modus mengantarkan makanan titipan  dari ibu mereka, padahal itu hanya alasan belaka kecuali  maksud bertemu  melepaskan rasa rindunya.
Iqbal pun, sebagai seorang garin dan guru mengaji,  memberi nasehat kepada beberapa anak gadis tersebut, bahwa tindakan  bertemu dengannya di surau  apalagi berdua-dua dengannya dilarang agama. Bisa menjadi fitnah  dikemudian hari.  Iqbal  tetap istiqomah dengan perintah agama, kedatangan para gadis itu ditolaknya dengan halus dan santun.
Melihat kemajuan surau yang kian semarak dan mendapat banyak perhatian dari para gadis, membuat sekelompok pemuda lain di kampung itu, mulai  iri dan merasa tersaingi.  Inilah rintangan Pertama yang dialaminya,yakni difitnah telah mengganggu anak gadis kampung dan  mendapat ancaman verbal (lisan) dan upaya pengusiran  dirinya  saat berbelanja di sebuah lapau (kedai)  pada suatu malam.Ia digertak dan dimaki –maki. Iqbal tidak terima diperlakukan seperti itu.
Ia balik melakukan klarifikasi dan menjelaskan duduk persoalannya, bahwa  semua tuduhan itu adalah fitnah. Tetapi para pemuda kampung tetap tidakpuas dan kurang senang dengan jawaban apalagi kehadiran Iqbal di Surau itu.
Kedua, Tidak hanya ancaman verbal,ancaman  fisik pun  mulai dirasakan Iqbal manakala saat pulang sekolah.  Sekelompok pemuda yang tadi malam mengancamnya, mulai melakukan tindakan kekerasan kepada Iqbal. Perkelahian pun tidak terelakkan. Satu lawan lima orang. Iqbal  bisa melumpuhkan 4 (empat)  orang. Tetapi karena kalah jumlah, Iqbal melarikan diri. Beruntung,datang 2 (dua) orang teman Iqbal yang menyelamatkannya. Perkelahian pun seimbang walau kedua belah pihak sama-sama babak belur. Namun kemampuan silat Iqbal dan temannya jauh  berada di atas kemampuan lawan karena Iqbal dan temannya  adalah anggota silat dan Iqbal sendiri adalah seorang  guru silat.
Singkat cerita, hari baik dan bulan baik,saat Iqbal menjadi imam sholat jamaah, seseorang jamaah bergabung menjadi makmumnya. Makmum ini tergesa-gesa,begitu selesai sholat ia langsung pergi begitu saja tanpa tahu kalau mapnya tertinggal.  Map yang berisi surat-surat berharga, itu diselamatkan Iqbal, dan orang kaya tadi membalas kebaikan Iqbal dengan mengangkatnya sebagai anak angkat. Kebutuhan Iqbal dipenuhinya, berkat kejujuran dan kebaikan Iqbal tadi.
Adapun  Pesan Moral yang disampaikan  Adalah :
1. Dalam hidup ini jangan mudah menyerah dengan keadaan yang susah
2. Selalu berbuat baik kepada orang lain dan sikap jujur
3. Membela dan mem pertahankan harga diri dari ancaman fisik orang lain
4. Kita harus menyalakan semangat dan cita-cita masa depan  dengan tetap  belajar/sekolah
5. Setiap perbuatan baik, balasannya akan lebih baik pula.


Rabu, 04 April 2018

PELATIHAN PEMBUATAN SINEMATOGRAFI


        Marde Putra Berbagi Tips Sinematografi di Diniyah Limo Jurai
                Sungai  Pua, Agam(4/4), kehadiran sutradara beken,Marde Putra selasa (3/4)  di ponpes Diniyah Limo Jurai Sungai Pua Agam dimanfaatkan santri untuk menggali ilmu sinematografi secara ringkas.  Sang  Sutradara Film “Dikampung Raso Marantau” ini menjabarkan bahwa untuk menjadi pelakon tidak harus  ganteng, tetapi yang penting keseriusan dan paham naskah.
                “ Siapapun artis ternama harus reading ( membaca naskah skenario) sebelum  masuk tahapan produksi. Siapa saja baikpemula maupun artis terkenal.”tandasnya.
Menurutnya  hal-hal lain  yang perlu diperhatikan adalah latihan ekspresif dari semua pemain. Saat menampilkan emosi marah,harus ekspresif. Oleh karena itu,kru yang ikut membantu bagaimana menciptakan ekspresifkan  marah  sebenarnya. Bukan teater, tetapi marah alami. Sebaliknya, jika ekspresif sedih juga sama.”
                Dia menambahkan, para kru dilapangan, harus menjaga  suasana dan kerja sama tim agar syuting adegan tidak terjadi berulang-ulang. Memang setiap dialog atau laga, kami bisa mengambil syuting itu bisa seharian hingga tiga hari,24 jam lamanya, walau yang dilakukan hanya adegan yang sama. Tujuannya untuk menyempurnakan angel atau framing pengambilan gambar dansebagai  bahan cadangan pada pengeditan.
                Sosok yang sehari-hari  bertugas  di MAN Koto Baru Padang Panjang, ini  menuturkan  teknis membuat film berdurasi  15 menit kepada peserta.  
“ Setidaknya untuk 15 menit waktu yang tersedia untuk pembuatan film  perlombaan  pada sebuah festival, ada 15 scene ( sin) yang harus disiapkan. Yang tersisa 13 scene lagi, karena 2 scene,sudah terbagi ke adegan  pembuka dan penutup. Waktu yang terbatas harus dimanfaatkan dengan menampilkan adegan dialog yang bermutu, tidak bertele-tele atau adegan laga yang berkarater.
                Dia menegaskan bahwa kalimat-kalimat yang disusun harus jelas dan ringkas. Tidak perlu dialog berbantah-bantahan jika untuk menampilkan adegan marah. Menurutnya  adegan marah, bisa ditampilkan lebih ekspresif dan berkarakter  dengan 2 jenis  dialog singkat dengan jawaban yang singkat pula. Yang penting ekspresif marah tercermin di depan kamera.
                Untuk pemula, harus memahami proses pembuatan film, ada tahapan pra produksi, tahapan produksi dan editing. Disini perlu kerja sama kru, mulai proposal biaya kegiatan atau akomodasi, kebutuhan peralatan dilapangan dan kerja sama semua tim. 
“Harus dipahami, harus ada kerja sama antara sutradara dengan   kameramen dan lighting art.   Sutradara adalah orang yang merancang skenario film dan dibawah kendalinya. Sementara kameramen adalah yang bertugas mengambil setiap adegan demi adegan. Adapun ligting art adalah tim yang khusus penata letak lampu dan pencahayaan, karena bagaimana pun wajah atau rupa pemain, harus terlihat soft(lembut) di depan kamera. Kesemuanya harus saling memback up.” pungkasnya.  (Litbang & Humas /AR)


LATIHAN MEMBUAT FILM PENDEK



        Santri Diniyah Limo Jurai Agam Berlatih Membuat Film Pendek
Sungai Pua, Agam ( 4/4), Guna meningkatkan keahlian santri dibidang pembuatan film singkat  berdurasi lima belas menit,  Ponpes Diniyah Limo Jurai Sungai Pua, Agam,Selasa(3/4) sengaja menggelar workshop  Teknik dan Komposisi Fotografi dan Sinematografi  bersama narasumber  berbakat, Marde Putra, demikian  ungkap Harmen, LC, MA, wakil Pimpinan Ponpes dalam sambutan pengantarnya..
Bertempat di ruang meeting room Diniyah Limo Jurai,    materi langsung disajikan oleh sang  Pimpinan Rumah Produksi Santano Art ini. Lebih lanjut  ia memaparkan  bagaimana tahapan pembuatan film singkat atau  tahap produksi. Sebelumnya,ia menjelaskan  mekanisme pembuatan film   dimulai  dari tahapan  pra produksi, produksi dan editing.
   Lebih teknis, khusus  tahapan produksi, pembuatan film di lapangan  yang harus dikuasai terlebih dahulu bagi pemula  adalah ilmu  Fotografi  atau atau pemotretan  kemudian semua terlibat  paham skenario” ujarnya.
Menurutnya ada lima  teknik   pengambilan  gambar yang harus dipahami peserta, yakni, Long Shoot, Medium, Close Up, Two  Shoot,  dan Cover.  Setiap adegan apa saja harus dimulai dari Long Shoot. Baik adegan dialog atau laga. Dan Long Shoot  inipada umumnya  akan menjadi master. Dari master  ini   dipecah lagi  menjadi beberapa teknik pengambilan yang dijelaskan diatas untuk melengkapkan suasana dialog atau adegan dari depan, belakang dan samping.
“untuk satu adegan dialog, seorang sutradara harus mengambil semua adegan dengan lima teknik   diatas. Oleh karena itu perlu kerja sama semua pihak agar setiap adegan tidak terjadi banyak kesalahan.”tukasnya.
Guna memberikan pengetahuan teknis kepada peserta  yang diikuti oleh 30 orang santri MTS dan MA, sang Sutradara  Film “Dikampung Raso Marantau “ membedah proses  pembuatan film terbarunya  sekaligus  memperlihatkan kepada peserta, cuplikan film mentah yang disana sini  terdapat  beberapa  kesalahan. 
Dari sana disaksikan pula beberapa  contoh teknik pengambilan gambar saat adegan di dalam rumah yang ada adegan dialog  keliru atau lupa naskah. Baik adegan yang salah atau yang  tepat sesuai skenario , tetap disimpan untuk bahan penyisipan pada pengeditan film nantinya.
Menurutnya, untuk  adegan laga ini ,bisa dilakukan sesi pengambilan film berulang-ulang bahkan satu hari. Karenanya, kerja sama antara Sutradara, Kameramen, Lighting dan kru yang terlibat demi efektivitas.
Sosok Produser  yang sehari-hari   bertugas di  MAN Koto Baru Padang Panjang ini  juga menampilkan berbagai karyanya yang selama ini  telah di upload  di youtube seperti “Tikam Jejak Pandekar, dan  “Siti Padang”. Ia berpesan, sebelum memainkan adegan, semua pemain harus membaca naskah dan paham dengan naskah serta dialog yang akan dibawakan nantinya
                 “Kami puas karena beliau tidak segan-segan membagi ilmunya. Kami pun tahu bagaimana cara memproduksi film,” tukas Dinul Akmal, salah seorang peserta yang ikut dalam kegiatan ini. ( Litbang Humas/Ahmad Rifai)

Bimbingan dengan Pak Marde Putra