Senin, 02 April 2018

Myelin, Pusat Pengembangan Bakat Manusia


Myelin, Pusat Pengembangan  Bakat  Manusia
Oleh. Ahmad Rifa’i
   (Kordinator  Litbang dan Humas Ponpes Diniyah Limo Jurai Sungai Pua Agam  Sumatera Barat)

Para juara di pelbagai   cabang olah raga,  atau  artis ternama  atau ilmuwan  berbakat  dibidangnya  adalah  bukti bahwa bakat bisa diasah dan dikembangkan.  Beberapa kelas pengasahan dan penggalian bakat berhasil melejitkan potensi anak didiknya menjadi tokoh-tokoh populer, padahal  sebelumnya mereka tidaklah dikenal luas oleh publik.
Berkenaan dengan ini, banyak hal aneh dan diluar logika jika kita mencermatinya. Misal bagaimana mungkin  Brasil mampu mengalahkan tim  kesebelasan sepak bola Uni Sovyet pada Piala Dunia  1958. Tim kesebelasan Sovyet  diakui unggul dalam teknik modren, namun kewalahan menghadapi kelihaian Pele, Garincha dan Vava dalam mengolah sikulit bundar di tengah lapangan. Dan  sampai sekarang  Brasil  menghasilkan begitu banyak pemain sepak bola hebat kelas dunia.  
 Begitu juga dengan sebuah keluarga miskin berkebangsaan Inggris yang tidak berpendidikan, disebuah desa terpencil menghasilkan tiga penulis ternama kelas dunia, tanpa rekam jejak orang tua yang ahli di bidang itu.
Di Indonesia, nyaris sama, seperti kisah Andrea Hirata  novelis keren  yang menelurkan banyak karya, sebelumnya tidaklah pernah menulis satu cerpen pun, tiba-tiba menyentakkan dunia sastra kita.   Demikian dengan Benny Arnas  alumni  Fakultas Pertanian Unand  yang tiba-tiba, menjadi cerpenis   nasional,  dengan warna sastra  lokal. Karyanya pun  dimuat di beberapa koran nasional dan memenangi  beberapa kali perlombaan cerpen, padahal sebelumnya   sastrawan  asal Lubuk Linggau Sumsel  ini  adalah seorang  anggota tim  nasyid dan tidak punya darah penulis sama sekali.
                Dalam bukunya yang berjudul : Rahasia Bakat”, Daniel Coyle (2009:5), mengupas bagaimana  bakat itu muncul dalam diri seseorang. Dia menemukan secara ilmiah  bahwa bakat dikembangkan  di dalam saraf insulator yang disebut myelin.
                Asal usul bakat itu  dibentuk oleh perpotongan  dua serabut saraf yang dibungkus dalam myelin.  Sementara  pembentukan  myelin  terjadi di seluruh sel otak pusat(otak besar).  Khusus pada bayi, disini pula kemampuan berpikir abstrak dan berpikir  sains terbangun.   Karenanya setiap rangsangan yang diberikan kepada anak   balita,  bakal membentuk myelin pada otak pusat berpikirnya  tumbuh  lingkaran –lingkaran  meylin dan ini diharapkan terjadi pada seluruh sel otak pusat berpikir (otak besar atau cerebrum) anak tadi. Dari sinilah bakat manusia  berkembang di pelbagai bidang, misal sepak bola, musik, basket dan lainnya.  
Keterampilan belajar dan menjadi manusia terletak pada sel saraf kita, yang mampu  mengasah kemahiran-kemahiran manusia. Setidaknya ada tiga fakta sederhana yang menguatkan sinyalemen diatas. Pertama,  setiap gerakan, pemikiran atau perasaan manusia merupakan sinyal listrik yang bergerak melalui rangkaian sel-sel saraf (suatu sirkuit  serabut saraf).  Kedua,  myelin berfungsi membungkus  serabut-serabut saraf tersebut dan mampu meningkatkan kekuatan, kecepatan dan ketepatan sinyal.  Ketiga, dalam sesi latihan, semakin sering  kita berlatih, maka  semakin  sering kita membidikkan  suatu sirkuit  tertentu dalam saraf myelin kita yang  berdampak  semakin kuat, cepat dan lancarnya  gerakan pikiran kita.
Bakat ini dihasilkan oleh rangkaian serabut saraf yang membawa impuls listrik kecil yang sebenarnya adalah sebuah sinyal yang bergerak melalui sebuah sirkuit ( garis lintasan). Peran myelin adalah melindungi serabut saraf tersebut. Fungsinya nyaris sama dengan karet pelapis pelindung kawat tembaga pada kabel listrik yang menjaga aliran arus  listrik agar   lebih kuat dan cepat.
                Myelin memang tidak terlihat, dan  tidak bisa dirasakan, tetapi semua orang bisa mengembangkannya. Bahkan pada sebagian besar  orang, myelin berkembang pesat selama masa kanak-kanak, dan bisa sepanjang hidunya.  Dan myelin tidak pernah pandang bulu selama orang itu rajin melakukan berbagai sesi latihan.
                Inilah yang terjadi pada para atlet yang terampil  saat melakukan sesi latihan. Mereka mengirimkan  getaran yang tepat melalui sebuah jaringan yang menghasilkan sinyal agar myelin membungkus jaringan tersebut lebih banyak. Setelah sesi latihan selesai,  para atlet tersebut menjadi sangat kuat dengan jaringan sangat besar dengan kapasitas yang besar pula. Inilah yang dirasakan oleh pemain sepak bola Brasil  dalam setiap sesi latihan mereka  yang digarap secara khusus.                  (Tulisan  ini telah dimuat di Koran Harian Singgalang, edisi Sabtu, 31/3/2018)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar