Myelin, Pusat Pengembangan Bakat Manusia
Oleh. Ahmad Rifa’i
(Kordinator Litbang dan Humas
Ponpes Diniyah Limo Jurai Sungai Pua Agam Sumatera Barat)
Para juara di pelbagai cabang
olah raga, atau artis ternama atau ilmuwan
berbakat dibidangnya adalah
bukti bahwa bakat bisa diasah dan dikembangkan. Beberapa kelas pengasahan dan penggalian
bakat berhasil melejitkan potensi anak didiknya menjadi tokoh-tokoh populer,
padahal sebelumnya mereka tidaklah
dikenal luas oleh publik.
Berkenaan dengan ini, banyak hal
aneh dan diluar logika jika kita mencermatinya. Misal bagaimana mungkin Brasil mampu mengalahkan tim kesebelasan sepak bola Uni Sovyet pada Piala
Dunia 1958. Tim kesebelasan Sovyet diakui unggul dalam teknik modren, namun
kewalahan menghadapi kelihaian Pele, Garincha dan Vava dalam mengolah sikulit
bundar di tengah lapangan. Dan sampai
sekarang Brasil menghasilkan begitu banyak pemain sepak bola
hebat kelas dunia.
Begitu juga dengan sebuah keluarga miskin
berkebangsaan Inggris yang tidak berpendidikan, disebuah desa terpencil menghasilkan
tiga penulis ternama kelas dunia, tanpa rekam jejak orang tua yang ahli di
bidang itu.
Di Indonesia, nyaris sama, seperti
kisah Andrea Hirata novelis keren yang menelurkan banyak karya, sebelumnya
tidaklah pernah menulis satu cerpen pun, tiba-tiba menyentakkan dunia sastra
kita. Demikian dengan Benny Arnas alumni Fakultas Pertanian Unand yang tiba-tiba, menjadi cerpenis nasional, dengan warna sastra lokal. Karyanya pun dimuat di beberapa koran nasional dan
memenangi beberapa kali perlombaan
cerpen, padahal sebelumnya sastrawan
asal Lubuk Linggau Sumsel ini adalah seorang
anggota tim nasyid dan tidak
punya darah penulis sama sekali.
Dalam
bukunya yang berjudul : Rahasia Bakat”, Daniel Coyle (2009:5), mengupas
bagaimana bakat itu muncul dalam diri
seseorang. Dia menemukan secara ilmiah
bahwa bakat dikembangkan di dalam
saraf insulator yang disebut myelin.
Asal
usul bakat itu dibentuk oleh
perpotongan dua serabut saraf yang
dibungkus dalam myelin. Sementara pembentukan
myelin terjadi di seluruh sel
otak pusat(otak besar). Khusus pada
bayi, disini pula kemampuan berpikir abstrak dan berpikir sains terbangun. Karenanya setiap rangsangan yang diberikan
kepada anak balita, bakal membentuk myelin pada otak pusat
berpikirnya tumbuh lingkaran –lingkaran meylin dan ini diharapkan terjadi pada seluruh
sel otak pusat berpikir (otak besar atau cerebrum) anak tadi. Dari sinilah
bakat manusia berkembang di pelbagai bidang,
misal sepak bola, musik, basket dan lainnya.
Keterampilan belajar dan menjadi
manusia terletak pada sel saraf kita, yang mampu mengasah kemahiran-kemahiran manusia. Setidaknya
ada tiga fakta sederhana yang menguatkan sinyalemen diatas. Pertama, setiap gerakan, pemikiran atau perasaan
manusia merupakan sinyal listrik yang bergerak melalui rangkaian sel-sel saraf
(suatu sirkuit serabut saraf). Kedua, myelin berfungsi membungkus serabut-serabut saraf tersebut dan mampu meningkatkan
kekuatan, kecepatan dan ketepatan sinyal.
Ketiga, dalam sesi latihan, semakin sering kita berlatih, maka semakin
sering kita membidikkan suatu
sirkuit tertentu dalam saraf myelin kita
yang berdampak semakin kuat, cepat dan lancarnya gerakan pikiran kita.
Bakat ini dihasilkan oleh
rangkaian serabut saraf yang membawa impuls listrik kecil yang sebenarnya
adalah sebuah sinyal yang bergerak melalui sebuah sirkuit ( garis lintasan).
Peran myelin adalah melindungi serabut saraf tersebut. Fungsinya nyaris sama
dengan karet pelapis pelindung kawat tembaga pada kabel listrik yang menjaga
aliran arus listrik agar lebih kuat dan cepat.
Myelin
memang tidak terlihat, dan tidak bisa
dirasakan, tetapi semua orang bisa mengembangkannya. Bahkan pada sebagian besar orang, myelin berkembang pesat selama masa
kanak-kanak, dan bisa sepanjang hidunya. Dan myelin tidak pernah pandang bulu selama
orang itu rajin melakukan berbagai sesi latihan.
Inilah
yang terjadi pada para atlet yang terampil saat melakukan sesi latihan. Mereka
mengirimkan getaran yang tepat melalui
sebuah jaringan yang menghasilkan sinyal agar myelin membungkus jaringan
tersebut lebih banyak. Setelah sesi latihan selesai, para atlet tersebut menjadi sangat kuat
dengan jaringan sangat besar dengan kapasitas yang besar pula. Inilah yang
dirasakan oleh pemain sepak bola Brasil
dalam setiap sesi latihan mereka
yang digarap secara khusus. (Tulisan ini telah dimuat di Koran Harian Singgalang, edisi
Sabtu, 31/3/2018)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar